Adventure of Deja Vu Part 2

Road to Mushroom Kingdom

Saat aku dan Abdul berada di kapal. Aku mencari kamar untuk digunakan agar bisa beristirahat. Mungkin dipikiranku terlintas, pastinya perjalanan menuju ke Mushroom Kingdom tentunya akan memakan waktu yang begitu lama. Jadinya aku dan Abul mencari kamar terlebih dahulu. Aku mencari kamar di ruangan bawah kapal dan menempati di kamar nomor 3 dari kanan tangga menuju ke lantai atas kapal. Dengan ruangan yang berkayu seperti ini, kamar ini terdiri dari 2 tempat tidur, meja, lampu, dan lemari. Sambil beristirahat disitu dan berbincang seikit dengan Abdul, aku dan Abdul menjelajah tempat-tempat yang ada di kapakl itu. Dalam penjelajahan kali ini, saya sering melihat Gentong dan tali Rapia. Begitu juga Harta Karun yang tidak bisa dibuka. Aku berpikir bahwa harta karun tersebut tidak memiliki isi karena sudah lama Harta Karun tidak dibuka sehingga sangat keras untuk dibuka. Kemudian, di atas kapal kita bisa melihat orang-orang seang berbicara dan melihat pemandangan indahnya laut. Aku sempat menemukan sennjata pistol yang digunakan untuk Abdul yaitu Bitgun. Senjata yang sama seperti Pistol (Gun) hanya saja terdapat 2 lubang amunisi dan serangann yang ada. Kemudian aku juga sempat menemukan beberapa uang yang ada di gentonjg dan tali rapia. Aku dan Abdul sempat berbicara kepaa seseorang. Bahwa kebanyakan orang tersebut penasaran dengan Mushrrom Kingdom, adapun yang sedang romantisan melihat pemandangan laut yang indah, dan aapun orang yang menjelaskan mengenai Mushroom Kingdom. Kata seseorang yang aku temui bahwa Mushrrom Kingdom itu merupakan kerjaan jamur dimana orang-orang itu mirip dengan jamur. Jadi setengah jamur, setengah manusia. Dan yang paling hebohnya, bahwa kerajaan tersebut dikuasai oleh Princess Peach yang cantik. Tapi sayagnya juga, banyak sekali orang yang mengincar dia karena kecantikannya. Adapun juga kerajaan itu sering bermasalah karena banyak sekali orang yang mengincar Ratu itu. Orang yang selalu mengcarnya itu ialah Bowser kiarena dia ingin menikah dengannya.


Ditulis oleh: Wahyu Dwi Lesmono DSMLMD Blog Diposting pukul: 3:02:00 pm

Teks Drama Bagian 4

Si Pitung

Di Batavia terjadi bentrok antara Batavia dan Belanda, ada seorang pemuda (saat itu) yang juluki si Pitung. Ia adalah seorang yang berasal dari Betawi ia ingin membelaa Batavia dari serangan Belanda.

Dan pada saat itu pula Menir Belanda dan anak buahnya. Pergi untuk mencari makan di daerah Batavia

Menir : “Ayo kita mengisi perut di kedai itu !”
Maria : ”Yuk pih”
Coted : ”Siap tuan.”

(Di kedai makan)

Menir : ”Disini orang padda makan apa ?”
Emak : ”Disini Cuma adda makanan biasa tuan (Sambhil menunjukkan makanan), ike ambilkan makanan untuk tuan-tuan ini !”
Ike : ”Iya mak, silahkan tuan” (Menawarkan makanan)

Setelah selesai makan Menir menyuruh Maria untuk keluaar terlebih dahulu (Menyuruh Maria keluar), merekapun meninggalkan kedai makan itu dengan seenaknya, lalu Emak berkata.

Emak : ”Tuan, makanannya belum di bayar !”
Menir : ”You merintah saya ? Apa you orang tidak tau I ini siapa ?”
Emak : ”Maaf tuan, bukannya saya memerintah tuan tapi memang begitu peraturannya”
Menir : ”You tidak menghormati I !!!”(Dengan marahnya ia menggebrak meja kedai)
Ike : ”Maaf tuan, saya dan Emak salah.” (Dengan wajah yang ketakutan)

Tiba-tiba si Pitung datang dengan tatapn emosi yang tertuju kepada Menir. Tanpa basa-basi si Pitung langsung menghampiri kedai itu, dengan menggebrak meja di haddapan Menir Belanda, Menir pun merasa tidak di hargai, dan marah.

Menir : “Maksud you apa ? Kurang ajaar !”
Pitung : ”Emang lu siapa ?”
Menir : ”I yang berkuasa disini !!!”
Pitung : ”Lu yang berkuasa di daerah ini ?? Walaupun yang berkuasa, tapi ini tanah kelahiran gue.”
Menir : ”You orang terlalu banyak omong, centeng habisi dia !!!!”

Perkelahianpun dimulai

Dan akhirnya centeng dikalahkan si Pitung, dan Menirpun pulang bersama anak, dan centengnya..

Pitung : ”Rasain lo !!! LU gak tau siapa gua ? Jagoan betawi nih....”
Ike : ”Pitung makasih yee, udah nolongin aye sama emak.”
Emak : ”Iye tung makasih yee ?”
Pitung : ”Iye sama-sama.”

Setelah Pitung keluar-keluar dari kedai, Maria menghampiri ayah dan centeng-centengnya (Dengan raut wajah yang bertanya-tanya karena centeng ayahnya yang kesakitan babak belur)

Maria : ”Papih ada apa ini ?”
Codet : “Non, kami di hajar sama orang betawi itu.”
Maria : ”Meamng siapa orang itu ?”
Hamit : ”Katanya sih namanyaa Pitung”
Maria : ”Siapa Pitung ?”
Hamait : ”Banyak yang bilang dia jagoan Betawi”

Sesaat kemudian si Pitung keluar dari Kedai dan Bertemu dengan ke-2 orang temannya lalu berkata.

Dudung : ”Eh Pitung, lo liat gak orang-orang lagi pada ngumpul itu ?”
Pitung : ”Oh, itu yang taddi abis ngajak ribut sama gue.”

Pitung dan ke 2 temannya pun menghampiri Menir itu.

Pitung : ”Eh Menir !!! Ngapain lo masih disini !?”

Karena mendengar teriakan tersebut Maria anak Menir melihat si Pitung, dan mereka dengan secara tidak sengaja mereka bertatap mata satu sama lain, dan karena Menir melihat si Pitung melihat anaknya Menirpun menegur Pitung.

Menir : ”Hehe you oraang ngapain liat-liat anak I ???” (Dengan tangan yang hamper memukul Pitung dan Pitungpun menangkis dengan silatnya)
Pitung : “WETS… NGAPAIN LO ?!!”

Dengan secara langsung centeng dan teman Pitungpun menarik kedua orang itu yang ingin bertengkar.

Maman : “Udahlah tung, ga ada gunanyya lu berantem sama tuh orang !”

Lalu mereka berpisah dan kembali ke rumahnya masing-masing.

Keesokan harinya si Pitung dan Mariaa sedang berjalan-jalan ddi taman dan tidak sengajaa mereka bertemu di bawah pohon yang rinddang, dengan menatap mata dan pada saat itu benih-benih cintapun tetanam di hati mereka.

Pitung : “Hey nona, Ngapain disini ?”
Maria : ”Sedang jalan-jalan”
Pitung : ”Kalau boleh tau, nama nona siapa ?” (Sambil menyoddorkan tangannya, dan sampai Pitung pun lupa kalau mereka bukan muhrimnya)
Pitung : ”Astagfirullah.... maaf”
Maria : ”Nama I Maria, and nama you siapa ?”
Pitung : “Nama aye Pitung”
Maria : “Pitung, apakah you ingin menemani I untuk berjalan-jalan keliling kampung ini ?”
Pitung : “Iya baiklah”

Merekapun berjalan-jalan dan memeprlihatkana sebuah kalung, di saat perjalanan salah satu anaak buah Menir melihat mereka berdua sedang berjalan-jalan di kampung.

Codet : “Ternyata Nona Maria sedang berjaalan-jalan berdua.”

Lalu dia langsung melaporkan ke Menir, dan Menir langsung marah dan menyuruh centeng-centengnya untuk menyeret Maria pulang.

Codet : “Menir Nona Maria seang berjalan-jalan di kampung bersama si Pitung.”
Menir : “WHAT OVER DONGKRAK ??? Suruh pulang itu anak kalau perlu seret saja dia.”
Codet : “Baik tuan....”

Lalu ketika centeng-centeng bertemu denagn Maria

Hamit : “Nona Maria, Tuan Menir menyuruh kami untuk menyeret nona pulang !!”
Maria : “What ? I do not want to home.”

Lalu para kedua centeng menarik pulang ddan Mariapun teriak

Maria : “PITUUUUUUUUUUUUUNG !!!!!”

Dan karena kalung yang dipeerlihatkan Maria terhadap Pitung secara tidak sengaja terpegangg oleh Pitung, dan Pitung berjanji.

Pitung : “Gue BERJANJI kalau gue akan kembalikan ni kalung.”

Sementara itu, Di rumah Menir

Maria : “Papih apa-apaan sih suruh centeng seret maar ??”
Menir : “Banyak omong you, go to room, NOW !!!”

Karena Maria di bentak dengan Papihnya Mariapun lari sambil menangis ke kamarnya.

Keesokan harinya, Pitung datang ke rumah Menir denagn keadaan yang emosi bersama ke-2 temannya.

Pitung : ”Heh Menirm, KELUAR LO !!!”

Karena Menir mendengar teriakaan tersebut ia menyuruh centeng-centengnya untuk melihat siapa yang berteriak.

Menir : ”Heh you para centeng, coba you liat siapa yang berteriak di depan rumah.”
Hamit : ”Siap tuan”

Lalu para centeng melihat orang-orang yang teriak-teriak.

Codet : “Heh, ngapain lo teriak-teriak dirumah Menir gue ¿”
Pitung : “Panggil tuh BOS u !!”

Lalu centeng memberi tahu kepadda Menir dan Menir segera keluar.

Menir : “Eh you ngapain you kesini ???”
Pitung : “Ngapain lu kemarin suruh anak buah lo seret Maria pulang ?? apa itu sikapa BAPAK yang BAIK !!?”
Menir : “ah….. you terlalu banyak omong, centeng, hajar dia !!”
Dudung : “Tunggu dulu tung, buat apa kalau kita adda disini, ya gak ?”
Maman : “Pastinya tung.”
Pitung : “Maksud Lo ?”
Maman : “Dah… biar kita yang lawan tuh anak buahnya.”
Pitung : ”Oke terserah lo pada.”

Lalu perkelahian pun terjaddi antara para centeng ddan teman si Pitung. Tetapi fakta berkata lain teman Pitung dapat di kalahkan oleh para centeng karena memakai senjata. Lalu Pitungpun tiddak terima temannya terlukai.

Pitung : ”Eh lo dah berani lukain teman gue lawan gue sini lo pada.”

Dan Pitung memenangi pertarungan itu. Dan ia bertanya terhaddap si Menir dimana Maria, ternyata setiddak pengetahuannya si Pitung Maria sudah di kunci di kamarnya.

Pitung : ”Mana Maria ?!?!?!”
Menir : ”Dia tidak ada disini.”

Karena tidak bertemu Maria dia langsung pulang bersamaa kedua temannya sekaligus untuk mengobati kedua temannya.

Lalu keesokan harinyaa karena Menjir kesal sudah kalah 2 kali terhadap Pitung ia mengadakan sayembara utnuk menangkap si Pitung dan membawanya terhadap Menir untuk di bunuh barang siapa yang bisa menangkap si Pitung akan mendapatkan hadiah yaang sangat berharga.

Dan ternyata salah satu temannya mendengar tentang sayembara itu dan ia tergiur dengan haddiah yang sangat berharga.

(Di kedai Emak)

Maman : Eh lo denger gak tentang Sayembara itu ?”
Dudung : “Sayembara apa memangnya ?”
Maman : “Sayuembaara utnuk menagkap si Pitung, bagaimana kalau kita jebak tuh si Pitung ??”
Dudung : “Ah gila lo ? Pitung itukan teman kita kenapaa tusuk dia dari belakang ??”
Maman : ”Ah lu emang gak bisa ddi ajak kompromi.”
Emak : ”Apa lu bilnag ??? Pitungkan udah baik sama kita semua masa mau di jebak ??? Teman apaan lo ???”
Maman : ”Alah, gak usah ikut campur ddeh lu !!! Jadi gimana lu mau gak sama gua ??”
Dudung : “Aah, gue gak akan tusuk temen dari belakang.”
Maman : “Ya sudahlah.”

Karena Tp tidak mau ikut dengan Pp. Pp pun jalan sendiri ke rumah si Menir dan mengasi tahu kelemahan si Pitung.

(Dirumah Menir)

Maman : ”Menir !!!!”

Menir mendengar teriakan itu berulang-ulang lalu dia menyuruh kedua centengntya untuk melihat siapa yang berteriak.

Menir : ”Heh para centeng lihat siapa orang yang adda di depan rumah itu !!”
Hamit : ”Siap Menir !”
Codet : ”Ea... NGAPAIN lu di rumah Boss gua ??”
Maman : “Eh... jangan ngotot dulu dong.... bilangin tuh sama si Boss lu, gua tau di mana si Pitung sama kelemahannya.”

Lalu centengpun memanggil dan memberi tau informasi ini .

Hamit : “Menir, kata itu orang yang di luar dia tau dimana si Pitung sama apa kelemahannya si Pitung.”
Menir : “WHAT ??? Ayo keluar !!!”

Menirpun keluar dari rumah untuk bertemu dengan Pp.

Menir : ”Heh, memangnya you orang tau kelemahan si Pitung ???”
Maman : ” Wets tara dulu dong bos haddiahnya dulu mana ??”
Menir : ”Yah okelah, centeng ambilkan haddiah itu untuknya.”
Codet : ”Baik tuan !!!”

Centengpun mengambil hadiahnya dan memberinya kepadda si Pp.

Hamit : ”Ini hadiahnya.”
Menir : ”Ya sudah, Apa kelemahan si Pitung ?”
Maman : ”Oke, dia bisa mati jika dia ditembak dengan peluru emas.”
Menir : “Owh, Peluru EMAS ya ??? OK, baiklah akan ku coba saranmu ini.”

Lalu keesokan harinya Menir pun menyuruh centeng meangnkap si Pitung.

(rumah Pitung)

Menir : “Heh centeng, tangkaplah si Pitung dan bawahlah ke sebuah lapangan !!!”
Codet : “Siap tuan !!”

Lalu mereka menangkap si Pitung dan membawa ke sebuah lapangan.

Pitung : ”LEPASIN GUA !!! Ngapain lo pada bawa gua kesini ?” (Sambil bertanya-tanya dalam keadaan emosi)
Codet : ”Tenang aja tung, bosa gua pengen datang kesini.”

Lalu tak lama kemudian Menir bersama dengan Maria datan serta teman Maria dan juga Tp dengan Emaka dan Ike, mereka semua bertanya-tanya mengapa orang-orang disuruh ke lapangan kecuali si Menir.

Menir : ”Eh PITUNG, gara-gara you sudah bikin I marah, I akan BUNUH YOU dengan tangan I, MWAHAHAHA !!!”
Maria : ”No papih NO !!”( Sambil menangis dan memohon terhadap papihnya untuk tidak bunuh Pitung)
Pitung : ”Sudahlah Maria lu gak usah di situ !”

Maria pun di tarik oleh Dudung bersama temannya Fifi, dan juga bersama Charnies untuk tidak ada disitu.

Fifi : ”Sudahlah Maria, ayo ddengarkan Pitung, eh kau tolong bantu aku untuk menarik Maria” (Melihat terhaddap Tp)
Charnies : ”HELP ME PLEASE, NOW !!!!!!!!!!!!”
Dudung : “Yah baik.”

Lalu Menir mulai mengokang pistolnya dan mengarahkan kepada Pitung.

Pitung : “Ayo tembak gue”

Lalu tembakan pertama pun Pitung bias menghindarinya.
Dan tembakan kedua pun dappat ddi tangkap di mulutnya.

Pitung : Lu gak tau apa ni jurus cicak nangkap mangsanya nih ???”
Menir : WHAT ???”

Menir pun kesal dan ia segera mengganti peluru pistolnya menjaddi peluru emas, dan dia mengokang lagi pistolnya dan mengarahkan kepada si Pitung sambil teriak.

Menir : ”MATILAH YOU PITUNG !!!!”
Maria : ”NOOOOOOO, PITUUUUUUUUUUUUUNG !!!!!”

Dan akhirnyaa peluru itu tepat terkena di dada si Pitung, lalu dia jatuh ke tanah, Maria pun lari menghampirinya, dan Pitung berbicara.

Pitung : ”Maria, ini kalungmu” (Sambil merasakan kesakitan yang amat sakit)

Sesaat Pitung sedang merasakan kesakitan Tp,pun sangat kesal dan dia langsung mengambil pistol yang ada di centeng 2 lalu dia langsung menembak ke arah Menir.

Dudung : ”MATILAH KAU MENIR !!!!!!!!!!!!”

Dan terkenalah peluru itu menancap ddi dada si Menir, dan akhirnya Pitung dan Menir tidak bisa di selamatkan lagi dan Maria tetap duduk ddi sebelah si Pitung yang sedang terbarin di lapangan, lalu Charnies dan Fifi membawa Maria untuk pulang dan menenagkan diri.

Charnies : ”Ayo fi kita bantu Maria.”
Fifi : “ Iya, ayo kita bawa ke rumah.”

Dan akhirnya mereka semua hidup dengan tentram dan tidak ada lagi perkelahian antara Belanda dan Batavia.

The End
Ditulis oleh: Wahyu Dwi Lesmono DSMLMD Blog Diposting pukul: 8:17:00 pm

Teks Drama Bagian 3

Walaupun Berbeda-Beda Suku Dan Ras Tetapi Tetap Satu.

Durasi : 40 Menit
Pengarang : Wahyu Dwi Lesmono
Tema : Persahabatan, Kehidupan, Kekeluargaan
Aliran : Campuran, Tradisional
Jumlah Karakter : 11 Orang (Hasbulloh, Aminah, Dhita, Aziz, Abryan, Harry, Wahyu, Nia, Nova, Adit, Tukang Sayur)

Pada suatu hari di sebuah desa yang cukup tradisional & belum dipenuhi penduduk sehingga suasanapun terasa asri. Desa tersebut dikenal dengan sebutan “Suka Goyang” sehingga banyak sekali para pendatang baru dari berbagai suku & ras yang ingin tinggal di desa tersebut.

Hasbulloh : “Eh Mpok Mineh … elu tau kaga katanye didesa Suka Goyang kite ini ada pendatang baru neh ari Bandung, Pokonye Pulau Jawa Barat, Tengah dah !”
Aminah : “Ah… yang bener neh bang ?!?! Tau dari mane lu bang ?? Kok aye kaga tau ye bang ?! hehehehe.....”
Hasbulloh : ”Apaan orang-orang udeh pada tau min, min... Kemane aje lu ? Makenye, lu jangan diem dirumah bae... ! Pan, lu jadi kaga tau ada penduduk baru.”
Aminah : ”Emang iye bang ya ?”
Hasbulloh : ”Iye Oneng... ! Ah payah nih bini gue. Heuh !”
Aminah : ”Apaan sih bang ?!?!? Oh, jadi nyesel nih jadi laki aye ? Oh.... OK ! Ntar malam gak gue kasih jatah loe bang ! Heuh !” (Nada Marah)
Hasbulloh : ”Hahaha.... Kagak-kagak. Aduh, Maaf dah cantik, bini gua mah the best forever lah... OK OK.” (Merayu Aminah)
Aminah : ”Iye, Iye.... aye maafin !”

Beberapa hari kemudian ada 2 orang sunda datang ke desa Suka Goyang dengan suasana yang sangat panas. Mereka pun bermaksud untuk tinggal di desa tersebut. Walaupun jauh dari kamppung halamannya, mereka nekat pada pendiriannya untuk tetap tinggal di desa Suka Goyang tersebut.

Dhita : “Aduh, hareudang pisan euy !!! A’a, hoyong nyokot kontrakan dimana ??” (Sambil mengusap dahinya dengan sapu tangan dan tidak lupa membawa tas yang berisi pakaian)
Aziz : “Dimana waelah neng, un penting urang bisa neduh heula ayeuna mah, cape-cape yeuh !” (Dengan wajah yang kelelahan sambil membawa tas)
Dhita : “Hayu atuh…. ! Di dieu heula we, A’a !! Anginna Spay-spoy…”
Aziz : “He’euh…”

Terlihat dari kejauhan ada 2 orang bocah yang sedang asyik bermain sepak bola. Dan salah satu dari mereka ada yang mengalihkan perhatiannya pada 2 orang sunda tersebut. Yang dari tadi sedang asyik beristirahat di sebuah pohon yang besar.

Abryan : “De, ada orang tuh ! Kayanye pendatang baru tuh !! Kite kerjain yuk ?”
Harry : “Ayo dah bang ! Gimane kalo kite tending ajeh ni bola ke cewenya !?”
Abryan : “Okeh dah !! Boleh jug aide lu… hehehehe” (Dan langsung menendang bola tersebut kea rah sic ewe sunda itu)
Dhita : “Aduh… a’a nyeri pisan euy !!! (Sambil menahan sakit kepalanya) Saha sih panas-panas kieu nu maen bola ?? Kurang ngajar pisan kena kapala urang, SIAUL !” (Dengan wajah yang kesal)
Aziz : (Sambil menghibur Dhita) “Tenang neng kan aya a’a disampingmu. WOY ! saha nu nendang tadi ?? BELEGUG siah !!” (Sambil mengelus-elus kepala Dhita)

Sambil mengelus-ngelus kepaala dhita, terlihat dari kejauhan 2 Anak Juragan Kontrakan itu malah asyik cengengesan melihaat orang sunda tersebut.

Harry : “Bang ambil sana bolanye !” (Dengan nada ketakutan)
Abryan : ”Ogah ah, elu ajah napah ?? Takut gua !!” (Sambil menyuruh adenya)
Harry : ”Yeuh, tadi kan abang yang punya ide !”
Abryan : ”Yya udah gua ajah deh... ah CEMEN lu !!”
Harry : ”Ya udah sanah !” (Dengan rasa ketakutan, Abryan pun menghampiri orang sunda tersebut)
Abryan : ”Misi bang, aye mao ngambil bola.”
Aziz : ”Wahh, maneh nyah nu NENDANG bola meuni kena sirah ISTRI urang ?” (Dengan nada marah)
Dhita : ”Eh, bilangin ajah sanah sama babeh enyak lu ! Gue ga TAKUT tao !!” (Sambil menantang balik)
Aziz : ”Saanah deh loe bilangin tuh !” (Dengan rasa kesal)
Abryan : ”Ry, panggil Babeh sekarang !” (Dengan anda tinggi)
Harry : ”Iye, tunggu bentar !”

Harry pun segera memanggil Babehnya.

Harry : ”Beh, sekarang keluar nyo beh !”
Hasbulloh : ”Ada ape si elu ? Teriak-teriak kagak jelas !”
Harry : “Itu beh, si Abang lagi ribut terus dimarahin sama orang !”
Hasbulloh : “Apelu kate ?? Abang lu DIMARAHIN sama orang ?!?!? Ya udah tunggu bentaar, gue mao ambil golok dulu. Macem-macem aje ada yang berani maraahin anak gue !!”

Merekapun segera menuju tempat dimana Abryan dan 2 orang tersebut berkelahi.

Hasbulloh : ”Eh... ngapain lu marahin anak gue ??? lu belum tau siapa gue, HAH ?”
Aziz : ”Yeh, anak lu tuh yang salah, maen bola sampe kena kapala pamajikan urang !”
Abryan : ”Lah beh, kagak sengaja aye juga. Namanye juga ,aen bola ! Heuh” (Sambil menjulurkan tangan kananya kepada 2 orang sunda tersebut)
Harry : ”Iye.. aye juga minta maaf ya ncing-ncang !”
Dhita : “Nuhun wee lah… !”
Hasbulloh : “BTW, lu pade mao ngapain ada di kampong gue ?” (Dengan rasa penasaran)
Dhita : “ Urang the arek nyari kontrakan di dieu. Aya teu ?”
Hasbulloh : “BUSET…. Kebetulan…. Aye kan juragan kontrakan di kampong ini !”
Aziz : “Nu bener bang ?”
Hasbulloh : “Lah bener… ayo dah langsung ajeh ke kontrakan aye !!” (Sambil mengajak 2 orang sunda tersebut)

Merekapun menuju rumah juragan kontrakan tersebut sesampainya di rumah.

Hasbulloh : “Asslamualaikum”
Aminaah : “Walaikumsalam… Siape nih bang ?!? RONGSOKAN lu bawa-bawa kerumah gue !!!” (Dengan nada jutek)
Hasbulloh : “HUSH… SEMBARANGAN lu kalo ngomong ! nih orang mao ngontrak di kontrakan kite !”
Aminah : “Oh… Yaudah dech. Lu pada masuk ajeh kedalem !”

Mereka semuapun masuk kedalam kontrakan tersebut dan kedua orang sunda tersebut segera membereskan kontrakan itu.

Beberapa hari kemudian di pagi-pagi yang buta tukang sayurpun datang dengan gerobak sayurnya.

Tukang Sayur : ”Sayur-sayur... Mpok sayur kagak ?” (Sambil teriak-teriak)
Aminah : ”Iye bentar dulu, nanggung nih gue !” (Sambil terburu-buru-buru untuk keluar ke rumah)
Tukang Sayur : ”Nanggung ngapain sii Mpok ?”
Aminah : ”Ah kagak... ni pagi ada sayuran apeh ? Neng sayur kagak lu ?”
Dhita : ”Iye mpok, bentar...”
Tukang Sayur : ”Siape ni Mpok ? Orang baru yeh ?”
Aminah : ” Iye, baru dateng kemaren dari Banduing !”
Tukang Sayur : ”Oh... Sayur neng ?”
Dhita : ”Iya bang ! Mpok beli sayuran apa ?”
Aminah : ”Akh biasa gue mah... kangkung, tempe ajah dah. Kan 4 SEHAT 5 SEMPURNA !”
Dhita : ”Ah si Mpok aya-aya wae lah ! Bang kalo gitu saya sayur asemna aja deh !”
Tukang Sayur : ”Oh.. ya udah neng. Nanti saya bungkusin !”
Dhita : ”Jadi sabaraha semuana ??”
Tukang Sayur : ”5.000 aja neng”
Dhita : ” Nih Bang (Sambil memberikan uang kepada tukang sayur). Ya udah makasih ya !? Mpok, saya duluan masuk rimah ya ?!”
Aminah : ”Iye deh, aye juga mau masuk nih !”
Tukang Sayur : ”Mpok aye mao ngider lagi deh !”
Aminah : “Iye deh Bang !”

Selang beberapa bulan kemudian, setelah orang sunda itu tinggal di desa Suka Goyang. Keadaan di desa tersebut menjadi sedikit ramai dan desa tersebut semakin terkenal di mata orang banyak. Sehingga datanglah penduduk baru dari Jawa Tengah.

Nia : “Gusti Allah, PANAS bener nih dina....”
Wahyu : “Sabar dek, sedelo meneh teka !!”
Nia : “Ah NGOMONG wae mas iki...”
Wahyu : “Uis toh dek, ojo ngomong bae !! Mas mumet ngerungoke !!”
Adit : “Uis-uis ojo guyonan wae...”
Wahyu : “Duh... gusti duwe anak ko koyo ngene erhen !”

Selagi keluarga besar Wahyu bercakap-cakap, ternyata sedari tadi Aminah telah memperhatikan mereka dibalik kaca jendela rumahnya.

Aminah : “Bang-bang kesini coba !”
Hasbulloh : “Ade ape sih min ? Tengari bolong teriak-teriak kesambet setan lu !”
Aminah : ”Ah si abang tengari bolong gini ngedongeng, SINI DULU. Noh liat kumpulan orang-orang warteg lagi pade diskusi !”
Hasbulloh : “Ah lo min, gue samperin ye !?”
Aminah : “Mao ngapain lu bang ?/”
Hasbulloh : “Yee.... kali jali aje rezeki abang ada disitu, sekalian numpang EKSIS !”
Aminah : “Ah elu Bang dah kaye selebritis ajeh !”

Tidak lama dari itu sampailah Hasbulloh ditengah-tengah keluarga Wahyu.

Hasbulloh : “Pade mao kemana ni rombongan ?”
Wahyu : “Wah iki loh mas. Kulaa karo konco-konco gole kos-kosan !”
Hasbulloh : ”Emang lagi pade dari maneh nii ceritanye ?”
Wahyu : ”Iki loh Mas. Kula adoh-adoh seko yogya teko keneh arep ngadu nasib !”
Hasbulloh : ” Wah hijrah nih ceritanye. Nyok ikut aye. Aye punye satu kamar lagi yang kosong !”
Nia : ”Beneran toh mas ? Wadoh pucuk di cinta ulam pun tibaa !!!”

Tidak lama dari itu, sampailah mereka didepan kontrakan milik Pak Hasbulloh.

Nova : “Ih alaa enggal kontrakannya pa !”
Wahyu : “ Hush.... nanti kita diusir, Bapa cape dari tadi ema mu ngomong terus.”
Hasbulloh : “Ehem... cume ini kontrakan yang kosong. Mau ambil, ga juge silahkan !! Aye juge kaga bakalan BLANGSAK !”
Wahyu : ”Weh.... becanda toh mas ! Yo uis koe cokot ! Makasih toh mas !”
Hasbulloh : ”Ya udeh, aye pergi dulu ye, seneng-seneng dech ame rumah baru kalian !”
Wahyu : ”Enggeh-enggeh....”

Setelah selesai keluarga Wahyu membereskan kontrakannya. Merekapun keluar rumah untuk bersilahturahmi kepada tetangg. Dan kebetulan keluarga Aziz sedang asyik ngobrol didepan teras rumah.

Waahyu : ”Misi mbak, mas.”
Aziz : ”Saha ieu ?”
Wahyu : ”Aku, boju karo anakku. Waru ngisi kontrakkan sini.”
Dhita : ”Asalna ti mana ieu teh ?”
Nia : “Aku dari Jawa Tengah. Mbak sendiri dari mana ?”
Dhita : “Saya dari bandung.”
Aziz : “Sok atuh, Silahturahmi ka imah juraggan kontrakan.”

Sesaat Aziz mengajak, semua pun terbangun dari tempat duduknya kerumahkeluarga Hasbulloh. Sesampainya di depan pintu terdengarpun suara ribut yang berasal dari rumah Pak Hasbulloh.

Aminah : “Bang, APA-APAAN sih lu setiap ada yang mau ngontrak, lu selalu sendiri kaga pernah kompromi dulu sama ye ?”
Hasbulloh : “Harusnya tuh lu bersyukur, ade yang mau ngontrak disini. Pan lu mah perempuan urursannya di dapur. Jadi tinggal namparin duit aje.”
Aminah : “Apa-apa si lu bang, kok lu jadi ngomongin dapur !! Gue juga berhak atas adanye ni kontrakan. Pan kalo yang ngontrak kagak bener bagaimana bang ? ntar khan juga yang ribet !”
Hasbulloh : “Udeh nape jangan kenceng-kenceng ngomongnya. Kan kagak enak kedengeran tetangga !”

Sesaat Hasbulloh pun berbicara begitu. Hasbulloh pun sadar. Bahwa dari tadi keluarga Wahyu & Aziz tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka. Keluarga Hasbullohpun keluar.

Hasbulloh : ”Dari kapan lu disitu ?”
Dhita : ”Baru bang. Nih, Tetangga baru kita minta di anter ke sini. Katanya sih mau silahturahmi dan teu sengaja abdi sadaya ngadenger pembicaraan abang sama Mpok mineh.”
Aminah : “Asalamualaikum napeh ke rumah orang, nguping bae lu, pan kagak sopan !”
Hasbulloh : “Lu apaan sih ? Orang pada kesini mau silahturahmi malah lu marahin !”
Dhita : ”Udah bang, maaf kalo kedatangan keluarga saya sama keluarga Wahyu udah ngontrak disini. Saya ngewakilin semua buat minta maaf.”
Hasbulloh : ”Bentar ye semuanye.”

Tiba-tiba Hasbulloh menarik Aminah untuk membicarakan sesuatu.

Hasbulloh : ” Lu apa-apaan sih marah di depan semuanya ? Malu-maluin aja.
Aminah : ”Lagian si Abang pan yang duluan. Kagak pernah kompromi sama aye.”
Hasbulloh : ”Iye-iye aye yang salah pertama. Aye kagak kompromi sama elu min ? Maafin abanf ye ?”
Aminah : ”Ya udah iye.”
Hasbulloh : ”Ya udah kita keluar. Kagak enak ma yang lain.

Hasbulloh dan Aminah pun keluar menemui mereka semua.

Hasbulloh : ”Sebelumnya maafin kelakuan bini aye ye ? Seenaknya ma lu lu pade ?”
Wahyu : ”Yo wes ora opo-opo Mas, Mbak.”
Aziz : “Yauda-uda gak usah diperpanjang.”

Walaupun kita berbeda suku bangsa, ras, ataupun adat-istiaat tapi kita harus saling menghormati.

T-A-M-A-T
Ditulis oleh: Wahyu Dwi Lesmono DSMLMD Blog Diposting pukul: 9:14:00 pm

Adventure of Deja Vu Part 1

The Adventure Revenge Beginning

Pada suatu hari, saat saya sedang sibuknya mencari barang tambang untuk di jual, saya mencari barang tambang di dalam goa yang dada di sekita rumah saya. Saat itu di dalam goa tersebut saya melihat sebuah cahaya berwarna ungu. Saya mendekati itu dan tiba-tiba saja cahaya itu berubah menjadi besar dan berubah menjadi lubang cahya yang menghisapkan kedalam cahaya itu. Hingga saya tidak terkontrol untuk melarikan diri akhirnya saya tersedot kedalam cahaya ungu tersebut. Aku masuk kelubang cahaya itu seperti aku tersedot saat aku melihat chaya ungu itu di lapangan dekat rumahku saat aku kecil lalu.


Ditulis oleh: Wahyu Dwi Lesmono DSMLMD Blog Diposting pukul: 8:01:00 pm