Keberagaman Kultur Kelompok Etnis

Pengetian dan Pendekatan Etnis

Etnis menurut etimologi ialah suku atau kesukuan. Sementara, etnis menurut terminologi ialah suatu sekumpulan kelompok yang tergabung dalam suatu satu suku atau kesukuan. Dalam kehidupan etnis, keberagaman kultur merupakan suatu identitas yang harus dimiliki oleh kelompok etnis. Dalam mencari pendekatan untuk memahami dari suatu identitas etnisitas, di gunakan 2 pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Primodalisme
Pendekatan Primodalisme yaitu menyatakan bahwa identitas etnis merupakan sesuatu yang bersifat given, artinya sekali seorang individu lahir dengan askriptif tertentu, maka selamanya ia akan memiliki identitas tertentu yang didasarkan pada askriptif tersebut.

2. Pendekatan Kontruktifisme
Pendekatan Kontruktifisme yaitu identitas etnis diinterpretasikan dari berbagai kondisi yang berkaitan, dan terus dikonstruksikan sepanjang kehidupan individu atau kelompok sesuai dengan situasi sosial yang dihadapi.

Pada buku Economy and Society yang dituliskan oleh Max Weber, Identitas ras adalah suatu ciri umum yang diwarisi dan dapat diwariskan yang sebenarnya diperoleh secara turun temurun. Jadi, suatu kelompok etnis memiliki keutuhan dimana keutuhan tersebut merupakan suatu kewarisan yang harus di budidayakan secara turun menurun agar tidak terjadi kepunahan.

Dalam hal tersebut, kelompok etnis memiliki kebudayaan yang harus di jaga dan diwariskan secara turun-temurun. Seperti kita mewariskan dan menjaga budaya daerah kita sendiri. Maka bisa disimpulkan bahwa kelompok etnis merupakan kelompok suku-suku yang sesuaidenagn kebudyaannya masing-masing. Sebagai contoh budaya etnis India, orang india mempunyai kulturisasi dalam berburu hewan, yaitu menggunakan tombak. Begitu juga dengan tradisi rumah suku india, perumahan suku india berbentuk seperti rumah kerucut.

Keberagaman kultur pada kelompok etnis sangat banyak dan tersebar di seluruh muka bumi ini. Pernyataan tersebut bisa kita ambil karena kita pun mempunyai kelompok etnis sendiri. Semua mahluk yang ada di dunia pasti memiliki kelompok etnisnya tersendiri. Jika ada salah satu mahluk yang memiliki kecocokan dengan etnisnya, maka dia wajib untuk masuk ke dalam kelompok etnis tersebut. Jika tidak sesuai dengan kecocokan etnisnya, maka dia wajib keluar dan diusir dari kelompoknya.

Perkembangan dan Pembangunan kelompok Etnis

Didalam pembanguan kelompok Etnis, ada beberapa kriteria yang bisa kita lihat dalam melihat suatu kelompok etnis, yaitu dari segi :

1. Religi
Religi merupakan sebuah akidah, agama, maupun kepercayaan yang dimiliki oleh setiap orang. Seseorang pasti mempercayai tetang keberadaannya tuhan. Dan mengikuti ajran yang di adakannya. Pada pembangunan kelompok etnis, religi merupakan pusat dalam menjalani pembangunan kelom;pok etnis. Semua suku mempercayai tentang keajaiban yang terjadi di sukunya walau tidak merasakannya. Adapun etnis yang hanya mempercayai mengenai agam yang dianutnnya dan melaksanakannya. Dewa, tuhan, dan lain-lain semua etnis percaya mengeani keajaiban yang ada. Dan menagnut agama yang dimilikinya.

2. Interaksi
Interaksi merupakan sebuah tanggapan yang dilakukan seseorang kepada seseorang yang lain. Jika seseorang melihat orang mengalami kesulitan, pasti orang tersebut akan membantunya. Jika kita merasakan kesepian, kita bisa mengajak seseoang yang lain untuk berbicara. Dalam pembangunan kelompok etnis, biasanya jaringan interaksi merupakan sebuah komponen untuk bisa bersosialisasi dengan seseorang didalam etnisnya sendiri. Adapun etnis yang yang berinteraksi dengan etnis lain. Akan tetapi jika suatu etnis berkelompok dengan etnis lain dan menimbulkan suatu kerusuhan merupakan interaksi terhadap etnis yang lain ialah salah berinteraksi.

3. Kulturisasi
Kulturisasi merupakan kebudayaan yang ada pada wilayah atau tempat itu sendiri. Semua orang pasti mempunyai kebudayaannya masing-masing. Apalagi jika kebudayaan itu merupakan kebudayaan sehari-hari dalam kehidupan bangsa dan negara. Dalam pembangunan kelompok etnis, kulturisasi sangat diperlukan dalam membedakan etnis yang lain. Karena kulturisasi merupakan simbolis dan identitas dalam kelompok etnis. Begitupun sebagai ideologi dalam pembangunan negara.

4. Ritual
Ritual merupakan sebuah atraksi yang dilakukan pada wilayah atau tempat tertentu. Dalam acara ritual, kebudayaan dan kepercayaan bergabung menjadi satu. Acara ritual merupakan cara dimana seseorang sudah menjadi tradisi dan memercayakan karena hal-hal sesuatu yang kadang bersifat mistis. Dalam pada zaman dahulu, kebudayaan nenek moyang kita selalu mengadakan acara ritual dan hingga saat ini ritual masih tetap saja. Seperti contoh ritual memuja nenek moyang kita yang telah meninggal, manggil hujan, dan lain-lain. Dalam pembangunan kelompok etnis, ritual termasuk dalam religi dan kulturisasi. Karena kebanyaka kelompok etnis selalu mementingkan kebudayaan dan kepercayaannya masing-masing karena agar tidak membawa bencana pada s\kelopok etnis tersebut.

5. Idealisasi
Idealisasi merupakan sebuah cita-cita yang dimiliki oleh seseorang untuk menggapai kesuksesan. Semua orang pasti ingin mendapatkan cita-cita yang menjadikan orang tersebut sukses. Baik sukses dalam kesuksesan dan sukses dalam kegagalan. Keinginan orang menjadikan sukses harus diperlukan degan usaha yang keras. Dalam pembangunan kelompok etnis, kelompok etnis memliki tujuan dan cita-cita dalam menggapai masa depan yang cemerlang. Itupun dari sebuah ritual dan kulturisasi. Jika religi, interaksi, kulturisasi, dan ritual mnereka jalani dengan baik maka sebuah idealisasi akan tercapai dengan baik dan menghasilkan nilai yang baik bagi masa depan.

Dalam perkembangan kelompok etnis sama halnya dengan pembangunan kelompok etnis. Dalam usaha perkembangannya, kelompok etnis selalu menemukan hal-hal yang baru, dari penemuan yang ditemuaknnya, kemudian dari ajaran kelompok etnis yang lain, dan kerja sama dalam menghasilkan sebuah idealisme suatu unsur yang ada. Jika perkembangan suatu kelompok etnis berjalan dengan baik, maka kelompok etnis tersebut memiliki kepopularitas dan kekuatan kelompok etnis menjadi kuat. Adapun dengan bergunanya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam masyarakat tradisional yang masih memegang batasan etnis dan budaya, ketika satu etnis bertemu dengan etnis yang lain dan melakukan aktifitas ekonomi diantara mereka, maka mereka akan membentuk suatu peraturan yang dianggap lazim oleh kedua belah pihak tanpa meninggalkan ciri masing-masing etnis dalam berinteraksi. Sedangkan dalam masyarakat yang terbuka, mereka akan menanggalkan ciri etnis masing-masing dan membaur dalam peraturan yang disepakati bersama.

Hal inilah yang dapat mendorong pembangunan kearah yang lebih baik, yaitu setiap kelompok etnis bebas untuk melakukan adat istiadat yang diyakininya tanpa merasa terancam oleh kelompok etnis lain tetapi juga bersikap toleran terhadap kelompok etnis lain sehingga tiap-tiap orang tidak perlu meninggalkan ciri etnis dan budayanya untuk berinteraksi dengan kelompok etnis lain untuk menyesuaikan diri terhadap hubungan-hubungan dan institusi pasar. Kepatuhan akan keputusan bersama yang timbul baik secara konstitusi kenegaraan maupun hukum adat, tertulis ataupun tidak tertulis karena berdasarkan pada kebiasaan harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran bahwa tiap-tiap orang meskipun berasal dari etnis dan budaya yang berbeda mempunyai hak-hak dan kewajiban sipil sebagai warga Negara yang harus mendukung pembangunan Indonesia kearah yang lebih baik.

Penyebaran Budaya Kelompok Etnis

Kebudayaan suku-suku ras tertentu mungkin bisa menjadi alternatif bagi penyamaan budaya dan perkembagan kulturisasi. Sebagai contoh, penemuan yang inovatif dan bermanfaat bagi kehidupan harus dikembangkan dan disebarkan ke seluruh dunia untuk pengembangan lebih lanjut dan dimanfaatkan untuk kepentingan kehidupan sehari-harinya. Begitupun juga dengan budaya kelompok etnis.

Teknik persebaran budaya kelompok etnis dilakukan dengan beberapa cara, yaitu diantaranya :

1. Eksplorasi
Eksplorasi merupakan penjelajahan dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam penyebaran kultur etnis, eksplorasi merupakan hal utama untuk memancing perhatian etnis lainnya untuk masuk ke etnis itu sendiri. Sebenarnya, teknik ini sangat sulit dan memerlukan perjuangan sosial terhadap budaya lainnya. Selain itu, selain kita menjajah kita pun akan mengalami kesulitan seperti bertemu dengan budaya lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan kita. Seandainya jika budaya tersebut mempunyai daya taarik mengenai budayanya itu sendiri. Mungkin bisa berpindah tangan ke budaya itu sendiri. Sebagai salah satu contoh budaya yang menggunakan teknik eksplorasi : Budaya eropa menjelajah seluruh dunia dan memberikan ilmu dan budayanya ke tempat wilayah yang di jelajahinya.

2. Perwarisan
Dalam teknik budaya berbentuk warisan ini, biasanya jika budaya tersebut hampir punah atau sudah punah. Budaya tersebut diwariskan ke suku atau etnis yang lain. Sehingga kelompok etnis tersebut mendapatkan budaya yang sama dengan budaya yang diwariskannya itu. Tetapi terkadang banyak kelompok etnis yang tidak meninginkan budayanya dimasuki oleh budaya lain. Sebagai contoh budaya timur tidak mau dimasuki oleh budaya barat. Teknik ini sebenarnnya jarang di lakukan oleh etnis lain, karena hal yang telah dikatakan sebelumnya. Tidak ingin mencampuri dengan budaya lainnya.

3. Keturunan
Jika kita ketahui, banyak sekali budaya yang tercampur dengan budaya lain. Apakah yang terjadi ? Ini terjadi karena pencampuran budaya yang disebabkan oleh keturunan. Selain dari kewarisan, keturunan juga berpengaruh bagi budaya kelompok etnisnya. Sebagai contoh : jika kita dewasa nanti, jika kita merupakan orang sunda dan jodoh kita ialah orang jawa. Maka keturunan yang dihasilkan ialah sunda jawa. Jika sama, hasilnya pun akan sama. Bisa saja teknik ini merupakan teknik penyebaran sekaligus mendapatkan kelompok etnis yang baru. Jadi, teknik penyebaran berbentuk keturunan ini merupakan teknik yang sering kita lakukan pada saat menciptakan generasi yang baru.

4. Provokasi (Peperangan)
Provokasi merupakan penggusaran atau penghasutan. Dalam teknik ini, biasanya efek yang ditimbulkannya ialah terjadinya perang antara budaya yang satu ke budaya yang lainnya. Karena sistem ini merupakan sistem untuk menghasut atau menggusarkan budaya lain. Sehingga ada rasa kekesalan dan kemarahan dterhadap budaya yang lainnya. Akhirnya terjadilah peperangan. Dibalik peperangan pasti ada yang dinamakan kedamaian dan kemusuhan. Jika terjadi kedamaian, maka penyebaran kelompok etnis ini menjadi satu dan bercampur hingga 1 karena perdamaian yang telah di selesaikan. Akan tetapi jika terjadi permusuhan biasanya ada 2 kemungkinan pada penyebaran kelompok etnis, yaitu yang pertama memperbanyak pasukan kelompok etnis dan yang kedua kemungkinan banyaknya yang hilang dan berpindah ke kelompok etnis yang lainnya.

5. Afinitas (Pemancingan/Affinity)
Afinitas adalah daya tarik yang disebabkan oleh sesuatu. Dalam teknik penyebaran berbentuk ini, sebuah budaya kelompok etnis harus memiliki daya tarik tersendiri agar budaya lain tertarik dengan budayanya. Biasanya daya tarik ini meliputi yang ada pada 5 kriteria dalam melihat suatu kelompok etnis. Sebenarnya, daya tarik ini merupakan sebuah tindakan yang tidak bisa di tolak dan sulit untuk dilepaskan. Jadi, teknik afinitas ini hanya mengandalkan kemampuan daya tariknya sehingga bisa memancing buddaya etnis lainnya untuk bergabung dengan budaya itu.

Pandangan Mengenai Kelompok Etnis dan Di Indonesia

Munculnya kelompok etnis secara hereditas menimbulkan suatu keyakinan bahwa satu individu tidak akan mengalami penolakan dalam kelompok etnis tersebut. Namun kesadaran akan memurnikan keturunan agar tidak tercemar oleh ciri primodial suku atau etnis lain menimbulkan aktivitas intermarriage (connubium). Bahkan dalam kasus tertentu, terdapat peraturan yang dibuat secara konstitusi yang melarang pernikahan dengan orang yang berbeda ras untuk menghindari afiliasi antar-ras. Hal ini dilakukan untuk memelihara kesamaan status sosial, kesamaan dalam pandangan hidup baik yang dibentuk secara turun temurun ataupun secara religi, dalam kehidupan yang mulai beragam.

Pandangan mengenai etnis lain menimbulkan batas antara satu etnis dengan etnis yang lainnya. Konstruksi-kontsruksi dan dasar pelabelan yang dikenakan kepada diri kita dan mereka merupakan salah satu aktifitas pelabelan yang sering terjadi. Pelabelan ini selain membedakan ciri antar etnis, juga berpengaruh dalam interaksi sosial antar etnis didalamnya. Dalam pemikiran anggota masing-masing etnis, pelabelan yang tidak sempurna atau ideology general mengenai suatu etnis menimbulkan stereotype pada etnis tersebut. Pandangan inilah yang menimbulkan segregasi diantara kedua etnis atau lebih dan pula menimbulkan konflik entis yang berdasarkan pada pelabelan tersebut. Peneguhan atas identitas etnis yang dimiliki oleh satu kelompok etnis atas kelompok etnis lain dapat memicu kerenggangan bahkan konflik horizontal antar etnik.

Indonesia pada saat zaman kolonial merencanakan pembangunan runtuk mencapai tujuan-tujuan nasional, termasuk didalamnya konsep mengenai integrasi nasional yang secara tidak langsung mengikis keberagaman etnis yang ada di Indonesia. Karena dalam pandangan pembangunan, keberagaman etnis yang menimbulkan berbagai macam kepentiangan kelompok etnis tertentu harus dihilangkan demi terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa. Dorongan kuat untuk melaksanakan modernisasi pembangunan di Indonesia memunculkan kebijakan yang mengejawantahkan harmonisasi dan asimilasi dalam menyeragamkan berbagai macam etnis di Indonesia. Tapi tetap pada pendiriannya, setiap etnis pasti akan meneguhkan eksistensinya, memperlihatkan harmonisasi antar etnis yang ternyata didalamnya terkandung konflik laten.

Ide-ide nasionalisasi dalam wacana etnis sering meleburkan suatu etnis dalam nasionalisasi. Mengkritik salah satu pernyataan dalam UU Rencana Pembangunan Indonesia 2005-2025 yang mengatakan bahwa nilai budaya bangsa merupakan akar pandangan integralistik bangsa dan prinsip kekeluargaan sehingga sangat strategis untuk memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia: Bhineka Tunggal Ika, yang hanya mengangkat ciri satu etnis sebagai simbol kenegaraan menyebabkan adanya sentiment negatif dari kelompok etnis lainnya yang justru dapat menyebabkan disintegrasi bangsa. Kemampuan untuk mengelola keragaman inilah yang menjadi kunci utama dalam harmonisasi antar etnis.

Konflik dan Pendekatan Dalam Konflik Kelompok Etnis

Pendekatan yang dapat digunakan sebelum mengarah pada fakta persoalan bahwa konflik etnis dapat meledak sewaktu-waktu adalah dengan cara :

1. Pendekatan Paradigma
Pendekatan Paradigma dilakukan bukan hanya untuk merubah pandangan bahwa kelompok etnis tertentu harus berkuasa dan kelompok etnis lain hanya menjadi kaum proletar, tetapi juga untuk merubah pandangan bahwa suatu kelompok etnis adalah ancaman bagi kelompok etnis yang lain. Karena dalam interaksi sosial-ekonomi, kebutuhan atas kemampuan suatu etnis untuk melengkapi kebutuhan etnis lain sangat dibutuhkan agar tercipta keselarasan dan kesinambungan interaksi sosial yang dapat membangun bangsa ini.

2. Pendekatan Struktural
Pendekatan Struktural yaitu suatu peraturan yang dikeluarkan secara konstitusi dapat melindungi suatu etnis dari ancaman etnis lain ataupun dari ancaman kepunahan suatu etnis. Perlindungan kenegaraan dibutuhkan untuk menciptakan hubungan sosial antar etnis yang harmonis sehingga dapat mendukung pembangunan nasional. Keputusan-keputusan yang mempunyai kekuatan kenegaraan dapat meminimalisir konflik etnis yang terjadi selama Negara tidak memihak pada satu kelompok etnis saja. Intervensi Negara dalam wacana etnis harus dilakukan secara hati-hati. Karena kelompok etnis, baik yang terbentuk secara primodial ataupun konstruksial, mempunyai pandangan yang fanatik terhadap eksistensi etnisnya. Fanatisme inilah yang perlu dirubah atau diperbaiki sesuai dengan pendekatan utama diatas.


Selain itu, perlunya representasi tiap-tiap etnis dalam memajukan Negara dapat mengurangi konflik etnis yang terjadi. Munculnya tokoh-tokoh dalam pembangunan yang mewakili satu etnis dapat menularkan rasa cinta tanah air kepada anggota-anggota etnis yang sama dengannya. Orang-orang yang terpilih ini dapat meredam konflik eksistensi etnis yang terjadi dan menjadikan perbedaan etnis menjadi potensi pembangunan yang dapat berjalan secara sinergis.

Konflik inter-etnis juga dapat terjadi ketika ada diantara mereka anggota yang tidak sejalan secara ideologi ataupun tidak serupa dengan ciri etnis yang ada. Seperti yang terjadi dalam penolakan pada minoritas kaum cina benteng yang terpisah dari kelompok etnis cina yang utama hanya karena perbedaan pada ciri fisiknya. Sense untuk menegakkan kehormatan suatu kelompok etnis atas dasar kesamaan etnis menciptakan diskriminasi dalam prakteknya. Hal ini turut mempengaruhi keadaan ekonomi di wilayah konflik tersebut. Seperti yang terjadi pada politik apartheid-nya Amerika yang ingin memurnikan ras kulit putih, justru sempat menggoyang perekonomian mereka. Atau ketika kita melihat pada sub-etnis Minangkabau, dimana anggapan bahwa pembantu rumah tangga adalah pekerjaan yang hina maka jika ada seorang dari sub-etnis Minangkabau yang melakukan pekerjaan tersebut, maka ia akan tersisihkan dari kelompok etnisnya karena penghormatan terhadap etnisnya.



Keberadaan, Keberagaman dan Kesamaan kelompok Etnis

Dalam wilayah tertentu, pandangan yang menyatakan kesamaan etnis untuk mengelompokkan etnis didasarkan pada adat kebiasaan dan pandangan yang khas tidak cocok untuk diterapkan pada masyarakat yang latar belakang dan cara hidupnya berbeda, sehingga homogenitas etnis tetap dipertahankan meskipun terdapat beragam cara hidup dan bentuk sosial. Penyebaran masyarakat yang berangkat dari budaya yang sama membentuk ciri etnis yang berbeda ketika masyarakat tersebut mulai menyebar dan beradaptasi dengan lingkungan tempat masing-masing dari mereka menetap dan tinggal.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kelompok etnis dapat berdiri berdasarkan atas asas primodialisme dan konstruktifisme, namun kelompok etnis juga dapat berubah dari berlandaskan asas primodial menjadi konstruktif. Hal ini dikarenakan sikap terbuka dari masing-masing etnis untuk menerima keberadaan etnis lain. Proses asimilasi dan akulturasi budaya dapat terjadi pada kelompok etnis dengan paradigma terbuka ini dapat merubah ciri etnis yang ada. Intensitas interaksi sosial-ekonomi yang terjadi antar etnis dapat membuat satu kelompok etnis yang tadinya bersifat primodial, menjadi konstruksial dengan kesadaran akan kemajemukan dan kesadaran akan keadaan sosial-politik-ekonomi yang terjadi pada saat itu.

Keberagaman etnis di negara Indonesia sangatlah banyak dan tersebar dimana-mana. Maka dari itu, Indonesia merupakan negara yang mempunyai beribu-ribu budaya, suku, ras, dan lain-lain. Saat zaman akhir dari zaman penjajahan belanda, budaya negara indonesia dimanfaatkan dan dipertahankan agar tidak terjadi pengkaliman dari negara lain. Etnis di negara Indonesia bercampur aduk dari etnis cina, belanda, inggris, betawi, dan lain-lain. Andai saja negara indonesia ini tidak di jajah oleh penjajahan yang brutal. Maka mungkin saja negara kita masih saja seperti tidak ada kebudayaan lain.

Negara kita merupakan negara yang berasal dari budaya timur. Negara yang berasal dari budaya timur merupakan negara yang mempunyai keberagaman dan banyaknya budaya. Adapun ciri-ciri etnis yang ada di budaya timur. Jadi mungkin saja negara kita merupakan negara yang paling banyak budaya dan kelompok etnis dari negara yang lain. Belum lagi dengan perbandingan antara budaya negara barat.
Ditulis oleh: Wahyu Dwi Lesmono DSMLMD Blog Diposting pukul: 4:29:00 pm

No comments :

Post a Comment

Apabila ada komentar, pertanyaan, maupun tanggapan silahkan kirimkan komentar disini sesuai dengan postingan ini. Jika terdapat isi komentar yang tidak pantas sesuai dengan etika dalam berkomentar di blog, maka komentar tidak akan dipublis. Pertanyaan dan tanggapan akan segera dibalas.