Diawal bulan Maret tahun 2015, netizen Jabodetabek dikabarkan oleh perubahan tarif Commuter Line yang akan berlaku pada tanggal 1 April 2015. Tentunya hal ini membuat warga di Jabodetabek yang sering berpergian dengan menggunakan KRL Commuter Line Jabodetabek atau biasa disebut dengan KCJ penasaran. Seperti apa sih perubahan tarif Commuter Line yang akan berubah pada awal 1 April 2015 nantinya?
Pada postingan sayang yang sebelumnya, tanggal 1 April 2015 semua perjalanan Kereta Api mengalami perubahan jadwal serta harga berupa harga PSO (Public Service Obligation) untuk setiap kereta api antar kota, perkotaan, serta kereta api dengan penyejuk ruangan dan tanpa penyejuk ruangan. Hal ini berlaku bagi KRL Commuter Line di Jabodetabek. Namun yang jadi pertanyaan saat ini adalah apakah perubahan tarif Commuter Line mengalami peningkatan atau penurunan? Oke saya bahas pertanyaan yang dilontarkan oleh beberapa orang ini.
Jika dilihat dari perubahan harga untuk semua perjalanan kereta api di Indonesia banyak sekali mengalami kenaikan harga yang menonjol dari harga yang sudah disubsidi walau kenaikannya nyaris mendekati harga yang tidak diberikan subsidi. Namun, ada beberapa perjalanan kereta api yang tidak mengalami perubahan harga karena ada beberapa kereta api di Indonesia yang tidak diberikan subsidi oleh pemerintah. Terkecuali pada KRL Commuter Line di Jabodetabek. Perubahan tarif tiket pada KRL Commuter Line justru memberikan kontroversi yang mengundang konspirasi yang dapat mengganggu keharmonisasian warga di Jabodetabek (Yah jadi korban vickynisasi deh, hahaha)
Sebelumnya, tarif tiket KRL Commuter Line di Jabodetabek diberlakukan secara single line tergantung pada masing-masing lintas atau rute relasi. Dulunya untuk lintas:
Bogor-Depok seharga Rp. 6000.
Bogor/Depok-Jakarta/Jatinegara seharga Rp. 7000.
Tanah Abang-Serpong/Parungpanjang seharga Rp. 6000.
Tanah Abang-Maja seharga Rp. 7000.
Duri-Tangerang seharga Rp. 5500, dan
Bekasi-Jakarta Kota seharga Rp. 6000.
Adapun tersedia tiket terusan dengan harga pertambahan lintas awal dengan lintas yang lainnya bagi yang ingin berpergian ke lintas yang lainnya. Sebagai contoh dari Bogor ke Bekasi menjadi Rp. 13000 karena pertama dimulai dari lintas Bogor/Depok-Jakarta/Jatinegara disambung ke lintas Jakarta Kota-Bekasi.
Karena dinilai tidak adil untuk orang yang berpergian dengan KRL hanya sekitar 1 hingga 5 stasiun saja. Akhirnya diberlakukan tarif parsial berdasarkan stasiun yang dilewati. Saat diberlakukannya tarif parsial ini, awalnya tidak disubsidi oleh pemerintah. Namun tak lama semenjak diberlakukannya tarif parsial ini pada akhirnya tarif disubsidi oleh pemerintah. Mekanisme harga tiket KRL Commuter Line berdasarkan stasiun yang ditempuh adalah sebagai berikut:
Penyesuaian tarif parsial berdasarkan stasiun yang ditempuh merupakan salah satu terbosan baru dari PT. Kereta Api Commuter Line Jabodetabek untuk memberikan kenyamanan serta kemudahan untuk menggunakan transportasi massal yang murah dan cepat. Tarif parsial ini sangat membantu sebagai penyesuaian harga berdasarkan stasiun yang dilalui. Terutama bagi yang jarak antar stasiunnya sangat jauh jika dibandingkan dengan naik kendaraan umum di jalan raya tentunya akan memakan waktu yang cukup lama dan ongkos yang sangat tinggi. Sayangnya, kelemahan dari tarif parsial bagi warga Jabodetabek yang menggunakan jasa angkutan KRL Commuter Line Jabodetabek mulai terasa bagi yang berpergian ke suatu tempat yang jaraknya pendek namun banyak stasiun yang dilalui sehingga sangat memberat ongkos untuk pulang dan pergi.
Banyaknya keluhan tarif parsial berdasarkan stasiun yang ditempuh yang masuk ke tampungan keluhan PT. Kereta Api Commuter Line Jabodetabek (PT. KCJ) memberikan respon kepada masyarakat untuk pelayanan yang baru serta kebijakan terbaru yaitu perubahan tarif Commuter Line yang baru. Yaitu tarif parsial atau tarif progresif Commuter Line Jabodetabek berdasarkan jarak tempuh. Mengingat jarak lintas yang pendek dan banyak stasun yang dilalui membuat keuntungan tersendiri bagi penumpang berkat kebijakan terbaru ini.
Namun dalam hal ini, kata perubahan tarif pada KRL Commuter Line di Jabodetabek yang berlaku 1 April 2015 tentunya memiliki 3 makna. Antara lain terjadi peningkatan, penurunan, bahkan penetapan. Dari kebijakan tarif parsial berdasarkan jarak yang ditempuh ada beberapa warga Jabodetabek yang sangat diuntungkan berkat kebijakan ini, ada juga yang merasa biasa saja berkat kebijakan ini, bahkan ada yang dirugikan karena kebijakan ini. Biasanya, warga yang dirugikan karena kebijakan ini adalah warga yang harus berpergian ke stasiun yang jauh walau stasiun yang dilalui sangat sedikit. Dan kebanyakan warga yang sangat diuntungkan adalah warga yang berada di tengah-tengah lintas stasiun atau yang berpergian dengan lintas yang pendek tapi dilewati banyak stasiun. Bagaimana dengan yang biasa saja? mungkin sama saja halnya dia pergi ke stasiun lain dengan tarif yang sama dengan tarif parsial berdasarkan banyaknya stasiun yang dilewati.
Pasti pertanyaan yang sering terlintas bagi orang-orang awam tentang kebijakan ini adalah bagaimana mekanisme perhitungan harga untuk tarif parsial berdasarkan jarak yang ditempuh? Berikut ini tarif harga untuk tarif parsial berdasarkan jarak yang ditempuh, baik tarif non-PSO maupun tarif PSO:
Seperti yang saya katakan sebelumnya, tarif 1 April 2015 nanti merupakan tarif PSO.
Tentunya ada pertanyaan lagi dibenak orang awam, bagaimana kita bisa mengetahui jarak antar stasiun yang kita lalui? Dibandingkan dengan kebijakan tarif parsial berdasarkan stasiun yang ditempuh sangat mudah sekali untuk memperhitungan biaya yang harus dikeluarkan agar kita bisa sampai ke stasiun tersebut dari stasiun awal berdasarkan banyaknya stasiun yang sudah kita lewati.
Namun bagaimanakah kalau kasusnya berdasarkan jarak yang ditempuh? Sepertinya memang banyak orang yang bisa dikatakan jarang menghitung jarak antar stasiun secara akurat. Bahkan menghitung jarak antar stasiun ini tentunya bukan sesuatu yang mudah, apalagi menggunakan Google Maps karena Google Maps ini hanya berfokus sebagai dasar jalan yang mungkin dilalui, tidak dilalui menggunakan rel kereta api.
Untuk mengetahui berapa jarak antar stasiun, kita perlu mengetahui data jarak antar stasiun dari pusat PT. Kereta Api Indonesia atau PT. Kereta Api Commuter Line Jabodetabek. Namun hal ini tentunya sangat sulit karena akses yang terbatas bagi banyak orang. Sekitar pagi hari, pihak kereta api telah memberikan sosialisasi perubahan tarif Commuter Line per 1 April 2015 dan mencantumkan jarak antar stasiun yang ditempuh berserta tarifnya di masing-masing stasiun. Nantinya dalam postingan selanjutnya aku akan post mengenai jarak yang ditempuh berserta tarif yang dikenakan untuk menggunakan jasa angkutan KRL Commuter Line Jabodetabek.
Kembali ke pertanyaan dampak positif dari tarif yang menguntungkan dari kebijakan ini, apakah memang akan terjadi peningkatan volume penumpang di wilayah Jabodetabek? Tentu saja iya! Kenapa? Hal ini disebabkan sebagian besar tarif yang dilalui dari stasiun ke stasiun yang dituju berdasarkan jarak justru lebih murah karena patokan harga terendah pada PSO adalah 2000. Tentunya hal ini dapat membuat warga yang selama ini naik kendaraan pribadi beralih ke transportasi KRL Commuter Line Jabodetabek untuk mengurangi kepadatan di Jalan Raya serta mengurangi biaya transportasi yang selama ini digunakan sebagai pengisian bensin dan lahan parkir. Apalagi khususnya pada saat rush hour di weekday dan weekend. Tentunya hal ini lebih banyak manfaatnya. Namun volume penumpang di setiap KRLnya akan meningkat. Lebih padat dari kebijakan tarif berdasarkan stasiun yang ditempuh karena harga tarif yang relatif sangat murah. Atas kebijakan ini, warga Jabodetabek yang menggunakan jasa angkutan KRL Commuter Line Jabodetabek harus bersiap lebih ekstra berkat peningkatan volume penumpang. Baik segi keamanan, kesehatan, serta kekuatan.
Kesimpulan:
Bagi saya sendiri, perubahan tarif Commuter Line yang berlaku pada 1 April 2015 nantinya akan memberikan dampak bagi wilayah tertentu, entah positif, negatif, atau netral. Serta terjadinya peningkatan volume penumpang dari setiap jam berangkat KRL karena tarif KRL menjadi murah dari biaya kebijakan tarif yang berdasarkan stasiun yang ditempuh. Sehingga bagi yang terbiasa naik KRL, pendatang baru, atau ingin mencoba naik KRL yang murah meriah ini alangkah baiknya selalu memperhatikan diri dan bawaan yang dibawa dari segi keamanan, kesehatan, serta kekuatan selama di dalam KRL. Tentunya hal yang diharapkan oleh saya adalah peningkatan pelayanan kepada penumpang KRL khususnya dari segi keamanan dan kenyamanan saat kebijakan tarif Commuter Line berdasarkan jarak yang ditempuh mulai diberlakukan.
Pada postingan sayang yang sebelumnya, tanggal 1 April 2015 semua perjalanan Kereta Api mengalami perubahan jadwal serta harga berupa harga PSO (Public Service Obligation) untuk setiap kereta api antar kota, perkotaan, serta kereta api dengan penyejuk ruangan dan tanpa penyejuk ruangan. Hal ini berlaku bagi KRL Commuter Line di Jabodetabek. Namun yang jadi pertanyaan saat ini adalah apakah perubahan tarif Commuter Line mengalami peningkatan atau penurunan? Oke saya bahas pertanyaan yang dilontarkan oleh beberapa orang ini.
Jika dilihat dari perubahan harga untuk semua perjalanan kereta api di Indonesia banyak sekali mengalami kenaikan harga yang menonjol dari harga yang sudah disubsidi walau kenaikannya nyaris mendekati harga yang tidak diberikan subsidi. Namun, ada beberapa perjalanan kereta api yang tidak mengalami perubahan harga karena ada beberapa kereta api di Indonesia yang tidak diberikan subsidi oleh pemerintah. Terkecuali pada KRL Commuter Line di Jabodetabek. Perubahan tarif tiket pada KRL Commuter Line justru memberikan kontroversi yang mengundang konspirasi yang dapat mengganggu keharmonisasian warga di Jabodetabek (Yah jadi korban vickynisasi deh, hahaha)
Sebelumnya, tarif tiket KRL Commuter Line di Jabodetabek diberlakukan secara single line tergantung pada masing-masing lintas atau rute relasi. Dulunya untuk lintas:
Bogor-Depok seharga Rp. 6000.
Bogor/Depok-Jakarta/Jatinegara seharga Rp. 7000.
Tanah Abang-Serpong/Parungpanjang seharga Rp. 6000.
Tanah Abang-Maja seharga Rp. 7000.
Duri-Tangerang seharga Rp. 5500, dan
Bekasi-Jakarta Kota seharga Rp. 6000.
Adapun tersedia tiket terusan dengan harga pertambahan lintas awal dengan lintas yang lainnya bagi yang ingin berpergian ke lintas yang lainnya. Sebagai contoh dari Bogor ke Bekasi menjadi Rp. 13000 karena pertama dimulai dari lintas Bogor/Depok-Jakarta/Jatinegara disambung ke lintas Jakarta Kota-Bekasi.
Karena dinilai tidak adil untuk orang yang berpergian dengan KRL hanya sekitar 1 hingga 5 stasiun saja. Akhirnya diberlakukan tarif parsial berdasarkan stasiun yang dilewati. Saat diberlakukannya tarif parsial ini, awalnya tidak disubsidi oleh pemerintah. Namun tak lama semenjak diberlakukannya tarif parsial ini pada akhirnya tarif disubsidi oleh pemerintah. Mekanisme harga tiket KRL Commuter Line berdasarkan stasiun yang ditempuh adalah sebagai berikut:
Prosedur | Tarif non-PSO (Rp) |
Tarif PSO (Rp) |
---|---|---|
5 Stasiun Pertama | 3000 | 1000 |
3 Stasiun Berikutnya | 2000 | 500 |
Penyesuaian tarif parsial berdasarkan stasiun yang ditempuh merupakan salah satu terbosan baru dari PT. Kereta Api Commuter Line Jabodetabek untuk memberikan kenyamanan serta kemudahan untuk menggunakan transportasi massal yang murah dan cepat. Tarif parsial ini sangat membantu sebagai penyesuaian harga berdasarkan stasiun yang dilalui. Terutama bagi yang jarak antar stasiunnya sangat jauh jika dibandingkan dengan naik kendaraan umum di jalan raya tentunya akan memakan waktu yang cukup lama dan ongkos yang sangat tinggi. Sayangnya, kelemahan dari tarif parsial bagi warga Jabodetabek yang menggunakan jasa angkutan KRL Commuter Line Jabodetabek mulai terasa bagi yang berpergian ke suatu tempat yang jaraknya pendek namun banyak stasiun yang dilalui sehingga sangat memberat ongkos untuk pulang dan pergi.
Banyaknya keluhan tarif parsial berdasarkan stasiun yang ditempuh yang masuk ke tampungan keluhan PT. Kereta Api Commuter Line Jabodetabek (PT. KCJ) memberikan respon kepada masyarakat untuk pelayanan yang baru serta kebijakan terbaru yaitu perubahan tarif Commuter Line yang baru. Yaitu tarif parsial atau tarif progresif Commuter Line Jabodetabek berdasarkan jarak tempuh. Mengingat jarak lintas yang pendek dan banyak stasun yang dilalui membuat keuntungan tersendiri bagi penumpang berkat kebijakan terbaru ini.
Namun dalam hal ini, kata perubahan tarif pada KRL Commuter Line di Jabodetabek yang berlaku 1 April 2015 tentunya memiliki 3 makna. Antara lain terjadi peningkatan, penurunan, bahkan penetapan. Dari kebijakan tarif parsial berdasarkan jarak yang ditempuh ada beberapa warga Jabodetabek yang sangat diuntungkan berkat kebijakan ini, ada juga yang merasa biasa saja berkat kebijakan ini, bahkan ada yang dirugikan karena kebijakan ini. Biasanya, warga yang dirugikan karena kebijakan ini adalah warga yang harus berpergian ke stasiun yang jauh walau stasiun yang dilalui sangat sedikit. Dan kebanyakan warga yang sangat diuntungkan adalah warga yang berada di tengah-tengah lintas stasiun atau yang berpergian dengan lintas yang pendek tapi dilewati banyak stasiun. Bagaimana dengan yang biasa saja? mungkin sama saja halnya dia pergi ke stasiun lain dengan tarif yang sama dengan tarif parsial berdasarkan banyaknya stasiun yang dilewati.
Pasti pertanyaan yang sering terlintas bagi orang-orang awam tentang kebijakan ini adalah bagaimana mekanisme perhitungan harga untuk tarif parsial berdasarkan jarak yang ditempuh? Berikut ini tarif harga untuk tarif parsial berdasarkan jarak yang ditempuh, baik tarif non-PSO maupun tarif PSO:
Prosedur | Tarif non-PSO (Rp) |
Tarif PSO (Rp) |
---|---|---|
25 Kilometer (Km) Pertama | 5000 | 2000 |
10 Kilometer (Km) Berikutnya | 2000 | 1000 |
Seperti yang saya katakan sebelumnya, tarif 1 April 2015 nanti merupakan tarif PSO.
Tentunya ada pertanyaan lagi dibenak orang awam, bagaimana kita bisa mengetahui jarak antar stasiun yang kita lalui? Dibandingkan dengan kebijakan tarif parsial berdasarkan stasiun yang ditempuh sangat mudah sekali untuk memperhitungan biaya yang harus dikeluarkan agar kita bisa sampai ke stasiun tersebut dari stasiun awal berdasarkan banyaknya stasiun yang sudah kita lewati.
Namun bagaimanakah kalau kasusnya berdasarkan jarak yang ditempuh? Sepertinya memang banyak orang yang bisa dikatakan jarang menghitung jarak antar stasiun secara akurat. Bahkan menghitung jarak antar stasiun ini tentunya bukan sesuatu yang mudah, apalagi menggunakan Google Maps karena Google Maps ini hanya berfokus sebagai dasar jalan yang mungkin dilalui, tidak dilalui menggunakan rel kereta api.
Untuk mengetahui berapa jarak antar stasiun, kita perlu mengetahui data jarak antar stasiun dari pusat PT. Kereta Api Indonesia atau PT. Kereta Api Commuter Line Jabodetabek. Namun hal ini tentunya sangat sulit karena akses yang terbatas bagi banyak orang. Sekitar pagi hari, pihak kereta api telah memberikan sosialisasi perubahan tarif Commuter Line per 1 April 2015 dan mencantumkan jarak antar stasiun yang ditempuh berserta tarifnya di masing-masing stasiun. Nantinya dalam postingan selanjutnya aku akan post mengenai jarak yang ditempuh berserta tarif yang dikenakan untuk menggunakan jasa angkutan KRL Commuter Line Jabodetabek.
Kembali ke pertanyaan dampak positif dari tarif yang menguntungkan dari kebijakan ini, apakah memang akan terjadi peningkatan volume penumpang di wilayah Jabodetabek? Tentu saja iya! Kenapa? Hal ini disebabkan sebagian besar tarif yang dilalui dari stasiun ke stasiun yang dituju berdasarkan jarak justru lebih murah karena patokan harga terendah pada PSO adalah 2000. Tentunya hal ini dapat membuat warga yang selama ini naik kendaraan pribadi beralih ke transportasi KRL Commuter Line Jabodetabek untuk mengurangi kepadatan di Jalan Raya serta mengurangi biaya transportasi yang selama ini digunakan sebagai pengisian bensin dan lahan parkir. Apalagi khususnya pada saat rush hour di weekday dan weekend. Tentunya hal ini lebih banyak manfaatnya. Namun volume penumpang di setiap KRLnya akan meningkat. Lebih padat dari kebijakan tarif berdasarkan stasiun yang ditempuh karena harga tarif yang relatif sangat murah. Atas kebijakan ini, warga Jabodetabek yang menggunakan jasa angkutan KRL Commuter Line Jabodetabek harus bersiap lebih ekstra berkat peningkatan volume penumpang. Baik segi keamanan, kesehatan, serta kekuatan.
Kesimpulan:
Bagi saya sendiri, perubahan tarif Commuter Line yang berlaku pada 1 April 2015 nantinya akan memberikan dampak bagi wilayah tertentu, entah positif, negatif, atau netral. Serta terjadinya peningkatan volume penumpang dari setiap jam berangkat KRL karena tarif KRL menjadi murah dari biaya kebijakan tarif yang berdasarkan stasiun yang ditempuh. Sehingga bagi yang terbiasa naik KRL, pendatang baru, atau ingin mencoba naik KRL yang murah meriah ini alangkah baiknya selalu memperhatikan diri dan bawaan yang dibawa dari segi keamanan, kesehatan, serta kekuatan selama di dalam KRL. Tentunya hal yang diharapkan oleh saya adalah peningkatan pelayanan kepada penumpang KRL khususnya dari segi keamanan dan kenyamanan saat kebijakan tarif Commuter Line berdasarkan jarak yang ditempuh mulai diberlakukan.
No comments :
Post a Comment
Apabila ada komentar, pertanyaan, maupun tanggapan silahkan kirimkan komentar disini sesuai dengan postingan ini. Jika terdapat isi komentar yang tidak pantas sesuai dengan etika dalam berkomentar di blog, maka komentar tidak akan dipublis. Pertanyaan dan tanggapan akan segera dibalas.