Resume Film 1 (Rumah Perkara):
Sebuah desa yang dipimpin seorang lurah bernama Yatna melakukan sebuah kerja sama dengan seorang developer perumahan untuk membangun sebuah real estate di desanya itu. Dengan iming-iming tentu saja. Semua penduduk di desa itu disuruh pergi meninggalkan desa, dan hanya tersisa seorang janda yang masih menetap di sana. Akhirnya karena bingung mengusir janda itu, bawahan-bawahan sang developer melakukan cara tercepat dan termudah dengan membakar rumah sang janda, padahal janda itu sedang berada di dalam rumah. Namun, seorang anak tiba dimana anak dari kepala desa pergi ke rumah janda itu untuk mencari ayahnya, masuk kedalam rumah, dan dia juga ikut terbakar disana.
Tanggapan Film 1 (Rumah Perkara):
Pada film berjudul ”Rumah Perkara” menekankan kita ketika kita menjadi pemimpin jangan memberikan janji yang belum tentu kita bisa lakukan apalagi jika bersangkutpaut dengan adanya uang dari pihak lainnya. Sehingga ketika kita berjanji banyak hal dan terpilih suatu hari nanti maka sangat sulit melakukan hal yang benar saat sudah berhadapan dengan uang yang ada di depan mata. Maka dari itu, pemimpin memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal janji dan perlindungan, bukan untuk masalah kepentingan diri sendiri ataupun uang yang mereka dapatkan dari pihak lainnya.
Resume Film 2 (Aku Padamu):
Vano dan Laras ingin menikah tanpa sepengetahuan orang tua Laras. Ketika mereka sampai di KUA, mereka tidak bisa langsung menikah karena surat kesahannya nggak lengkap. Hasilnya, keinginan mereka terhambat urusan kartu keluarga, dan calo pun menjadi pilihan. Vano untuk mempercepat penyelesaian masalah tersebut. Namun Laras tidak mau karena itu termasuk salah satu tindak yang dekat dengan korupsi yaitu nepotisme, dan dia sangat anti yang namanya korupsi, karena Ayahnya adalah seorang pegawai negeri yang sempat melakukan korupsi sertifikasi guru. Laras ternyata bukanlah sekedar anak muda zaman sekarang yang biasa. Dalam dirinya tertanam nilai-nilai anti suap yang diwariskan oleh guru panutannya saat SD, seorang guru honorer yang rela hidup susah hingga akhir hidupnya karena tidak mau membayar uang pelicin kepada ayah Laras, sang kepala sekolah.
Tanggapan Film 2 (Aku Padamu):
Pada film berjudul ”Aku Padamu” ini menekankan kalau kita tidak boleh mengalah dan menyerah untuk menjalani hidup dengan jujur apalagi segala sesuatu di dalam kehidupan ini berawal dari yang kecil hingga akhirnya menjadi besar. Sekali tidak jujur maka akan terbiasa menjadi tidak jujur. Bahkan menggampangkan semua hal yang salah karena orang melakukannya. Padahal kita tahu yang orang lakukan salah. Itulah masalahnya. Hal yang besar berawal dari sesuatu yang kecil jadi kalau kita sudah melakukan kebohongan di rumah, maka akan berdampak kepada hal-hal lainnya. Sehingga pada akhir kesimpulan cerita terdapat kutipan jika kita ingin sesuatu yang benar maka lakukanlah cara yang benar pula.
Resume Film 3 (Selamat Siang, Risa):
Seorang penjaga gudang bernama Arwoko yang tengah dilanda kesulitan ekonomi pada masa Malari. Kebimbangan adalah hal yang sangat sering terjadi ketika kita berhadapan dengan korupsi, begitu pula yang terjadi saat Arwoko menerima tawaran dari seorang penimbun beras untuk menggunakan gudangnya yang saat itu sedang kosong, apalagi seluruh teman-teman dan atasannya telah menerima tawaran tersebut. Pergolakan batin Arwoko tergarap dengan baik dan penuh emosi di sini. Ada satu tumpuk. Dua tumpuk. Tiga tumpuk uang seratus ribuan yang di sodorkan perlahan ke atas meja. Arwoko terdiam. Koh Abeng menyodorkan tiga tumpuk duit itu ke arah Arwoko, seolah Arwoko sungkan untuk mengambilnya. Di balik kamar, sang isteri berlinang airmata karena bayi mereka yang tengah sakit membutuhkan biaya obat. Sangat mudah untuk tergoda dengan tumpukan duit itu. Apalagi, Koh Abeng hanya butuh gudang-gudang kosong di bawah pengawasan Arwoko untuk meletakkan dagangannya. Arwoko masih terdiam. Wajahnya menyimpan emosi. Ada beberapa detik yang menentukan apakah Arwoko akan menyerah karena situasi yang sulit atau dia akan berpegang pada kebersihan dengan risiko penyakit anaknya yang semakin parah. Arwoko menolak mesti diiming-imingi uang banyak, karena dia konsisten dengan kerjanya. Padahal kondisi kehidupan mereka juga sedang pas-pasan. Akhirnya Koh Abeng meninggalkan tempat dan istri tersebut mengatakan bahwa dirinya tidak bisa.
Tanggapan Film 3 (Selamat Siang, Risa):
Film ketiga yang berjudul “Selamat Siang, Risa” ini menggambarkan seorang anak yang dibesarkan dengan kejujuran orang tuanya terhadap hidup dan masalah penyalahgunaan wewenang meskipun kecil mempengaruhi kehidupan dia selanjutnya. Dia belajar banyak dari kejujuran orang tuanya. Dengan jujur semua pada akhirnya akan baik-baik saja. Bayangkan kalau ayahnya menerima uang sogokan. Di masa akan datang anaknya pasti akan merasa biasa saja untuk menerima uang tambahan yang diberikan pihak lain.Ssemua kembali dari mana kita berasal. Kalau kita dibesarkan dengan menjunjung tinggi kejujuran, kita akan menjadi orang yang jujur.
Resume Film 4 (Pssst... Jangan Bilang Siapa Siapa):
Berawal dari sebuah rekaman dalam kehidupan sekolah, Olla yang direkam oleh temannya, Gita untuk membuat sebuah video-cam tentang temannya. Saat perekeman berlangsung, saat mereka berada di kantin, mereka bertemu dengan Echi. Saat mereka berbincang di kantin, Gita menyadari banyak cerita di sekelilingnya yang dia tidak tahu. Temannya Gita yang bertugas menjual buku dari gurunya mengungkapkan alasan dia mendapat nilai yang lebih rendah dari temannya hanya karena dia tidak membeli buku yang dijual gurunya. Nilai bukannya ditentukan prestasinya tetapi ditentukan menguntungkan atau tidaknya guru tersebut. Di lain pihak, temannya yang lain terbiasa berbohong kepada orang tuanya saat meminta uang untuk membeli buku pelajaran. Ayahnya anak ini berbohong kepada atasannya. Atasannya akan berbohong kepada atasannya. Karena ini, terbentuk lingkaran kebohongan. Temannya Gita menganggap sogok menjadi biasa.
Tanggapan Film 4 (Pssst... Jangan Bilang Siapa Siapa):
Pada film ”Pssst... Jangan Bilang Siapa Siapa” sangat mudah untuk diambil amanahnya karena menyangkut dalam kehidupan sehari-hari seorang remaja di sekolah. Dengan teknik pengambilan gambar video-cam dari mata seorang murid SMA yang sedang membuat film dokumenter, kita melihat anak-anak SMA masa kini yang dengan enteng menilep duit di sana-sini. Satu murid ditugaskan gurunya untuk menjual buku pelajaran dengan harga yang lebih mahal daripada harga buku di toko. Keuntungannya akan dikantongi sang guru dan sang murid. Korupsi ini terus berantai dari satu orang ke orang lain, dimulai dari usia dini hingga dewasa dan berlangsung dari lini terbawah hingga atas, vertikal dan horizontal.
Sebuah desa yang dipimpin seorang lurah bernama Yatna melakukan sebuah kerja sama dengan seorang developer perumahan untuk membangun sebuah real estate di desanya itu. Dengan iming-iming tentu saja. Semua penduduk di desa itu disuruh pergi meninggalkan desa, dan hanya tersisa seorang janda yang masih menetap di sana. Akhirnya karena bingung mengusir janda itu, bawahan-bawahan sang developer melakukan cara tercepat dan termudah dengan membakar rumah sang janda, padahal janda itu sedang berada di dalam rumah. Namun, seorang anak tiba dimana anak dari kepala desa pergi ke rumah janda itu untuk mencari ayahnya, masuk kedalam rumah, dan dia juga ikut terbakar disana.
Tanggapan Film 1 (Rumah Perkara):
Pada film berjudul ”Rumah Perkara” menekankan kita ketika kita menjadi pemimpin jangan memberikan janji yang belum tentu kita bisa lakukan apalagi jika bersangkutpaut dengan adanya uang dari pihak lainnya. Sehingga ketika kita berjanji banyak hal dan terpilih suatu hari nanti maka sangat sulit melakukan hal yang benar saat sudah berhadapan dengan uang yang ada di depan mata. Maka dari itu, pemimpin memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal janji dan perlindungan, bukan untuk masalah kepentingan diri sendiri ataupun uang yang mereka dapatkan dari pihak lainnya.
Resume Film 2 (Aku Padamu):
Vano dan Laras ingin menikah tanpa sepengetahuan orang tua Laras. Ketika mereka sampai di KUA, mereka tidak bisa langsung menikah karena surat kesahannya nggak lengkap. Hasilnya, keinginan mereka terhambat urusan kartu keluarga, dan calo pun menjadi pilihan. Vano untuk mempercepat penyelesaian masalah tersebut. Namun Laras tidak mau karena itu termasuk salah satu tindak yang dekat dengan korupsi yaitu nepotisme, dan dia sangat anti yang namanya korupsi, karena Ayahnya adalah seorang pegawai negeri yang sempat melakukan korupsi sertifikasi guru. Laras ternyata bukanlah sekedar anak muda zaman sekarang yang biasa. Dalam dirinya tertanam nilai-nilai anti suap yang diwariskan oleh guru panutannya saat SD, seorang guru honorer yang rela hidup susah hingga akhir hidupnya karena tidak mau membayar uang pelicin kepada ayah Laras, sang kepala sekolah.
Tanggapan Film 2 (Aku Padamu):
Pada film berjudul ”Aku Padamu” ini menekankan kalau kita tidak boleh mengalah dan menyerah untuk menjalani hidup dengan jujur apalagi segala sesuatu di dalam kehidupan ini berawal dari yang kecil hingga akhirnya menjadi besar. Sekali tidak jujur maka akan terbiasa menjadi tidak jujur. Bahkan menggampangkan semua hal yang salah karena orang melakukannya. Padahal kita tahu yang orang lakukan salah. Itulah masalahnya. Hal yang besar berawal dari sesuatu yang kecil jadi kalau kita sudah melakukan kebohongan di rumah, maka akan berdampak kepada hal-hal lainnya. Sehingga pada akhir kesimpulan cerita terdapat kutipan jika kita ingin sesuatu yang benar maka lakukanlah cara yang benar pula.
Resume Film 3 (Selamat Siang, Risa):
Seorang penjaga gudang bernama Arwoko yang tengah dilanda kesulitan ekonomi pada masa Malari. Kebimbangan adalah hal yang sangat sering terjadi ketika kita berhadapan dengan korupsi, begitu pula yang terjadi saat Arwoko menerima tawaran dari seorang penimbun beras untuk menggunakan gudangnya yang saat itu sedang kosong, apalagi seluruh teman-teman dan atasannya telah menerima tawaran tersebut. Pergolakan batin Arwoko tergarap dengan baik dan penuh emosi di sini. Ada satu tumpuk. Dua tumpuk. Tiga tumpuk uang seratus ribuan yang di sodorkan perlahan ke atas meja. Arwoko terdiam. Koh Abeng menyodorkan tiga tumpuk duit itu ke arah Arwoko, seolah Arwoko sungkan untuk mengambilnya. Di balik kamar, sang isteri berlinang airmata karena bayi mereka yang tengah sakit membutuhkan biaya obat. Sangat mudah untuk tergoda dengan tumpukan duit itu. Apalagi, Koh Abeng hanya butuh gudang-gudang kosong di bawah pengawasan Arwoko untuk meletakkan dagangannya. Arwoko masih terdiam. Wajahnya menyimpan emosi. Ada beberapa detik yang menentukan apakah Arwoko akan menyerah karena situasi yang sulit atau dia akan berpegang pada kebersihan dengan risiko penyakit anaknya yang semakin parah. Arwoko menolak mesti diiming-imingi uang banyak, karena dia konsisten dengan kerjanya. Padahal kondisi kehidupan mereka juga sedang pas-pasan. Akhirnya Koh Abeng meninggalkan tempat dan istri tersebut mengatakan bahwa dirinya tidak bisa.
Tanggapan Film 3 (Selamat Siang, Risa):
Film ketiga yang berjudul “Selamat Siang, Risa” ini menggambarkan seorang anak yang dibesarkan dengan kejujuran orang tuanya terhadap hidup dan masalah penyalahgunaan wewenang meskipun kecil mempengaruhi kehidupan dia selanjutnya. Dia belajar banyak dari kejujuran orang tuanya. Dengan jujur semua pada akhirnya akan baik-baik saja. Bayangkan kalau ayahnya menerima uang sogokan. Di masa akan datang anaknya pasti akan merasa biasa saja untuk menerima uang tambahan yang diberikan pihak lain.Ssemua kembali dari mana kita berasal. Kalau kita dibesarkan dengan menjunjung tinggi kejujuran, kita akan menjadi orang yang jujur.
Resume Film 4 (Pssst... Jangan Bilang Siapa Siapa):
Berawal dari sebuah rekaman dalam kehidupan sekolah, Olla yang direkam oleh temannya, Gita untuk membuat sebuah video-cam tentang temannya. Saat perekeman berlangsung, saat mereka berada di kantin, mereka bertemu dengan Echi. Saat mereka berbincang di kantin, Gita menyadari banyak cerita di sekelilingnya yang dia tidak tahu. Temannya Gita yang bertugas menjual buku dari gurunya mengungkapkan alasan dia mendapat nilai yang lebih rendah dari temannya hanya karena dia tidak membeli buku yang dijual gurunya. Nilai bukannya ditentukan prestasinya tetapi ditentukan menguntungkan atau tidaknya guru tersebut. Di lain pihak, temannya yang lain terbiasa berbohong kepada orang tuanya saat meminta uang untuk membeli buku pelajaran. Ayahnya anak ini berbohong kepada atasannya. Atasannya akan berbohong kepada atasannya. Karena ini, terbentuk lingkaran kebohongan. Temannya Gita menganggap sogok menjadi biasa.
Tanggapan Film 4 (Pssst... Jangan Bilang Siapa Siapa):
Pada film ”Pssst... Jangan Bilang Siapa Siapa” sangat mudah untuk diambil amanahnya karena menyangkut dalam kehidupan sehari-hari seorang remaja di sekolah. Dengan teknik pengambilan gambar video-cam dari mata seorang murid SMA yang sedang membuat film dokumenter, kita melihat anak-anak SMA masa kini yang dengan enteng menilep duit di sana-sini. Satu murid ditugaskan gurunya untuk menjual buku pelajaran dengan harga yang lebih mahal daripada harga buku di toko. Keuntungannya akan dikantongi sang guru dan sang murid. Korupsi ini terus berantai dari satu orang ke orang lain, dimulai dari usia dini hingga dewasa dan berlangsung dari lini terbawah hingga atas, vertikal dan horizontal.
No comments :
Post a Comment
Apabila ada komentar, pertanyaan, maupun tanggapan silahkan kirimkan komentar disini sesuai dengan postingan ini. Jika terdapat isi komentar yang tidak pantas sesuai dengan etika dalam berkomentar di blog, maka komentar tidak akan dipublis. Pertanyaan dan tanggapan akan segera dibalas.